Sepatu dan Segenggam Rindu

Sepatu sport. Alhamdulillah Saya hanya punya satu sepatu olah raga, setidaknya sampai saat ini. Sepatu ini aku beli terpaksa, karena setiap hari sabtu ada kewajiban untk menggunakan kostum ngantor yang casual dengan sepatu sport. Ibarat pepatah, sekali dayung dua tiga pulau terlampaui, sepatu olah raga satu-satunya milik saya ini saya gunakan juga sekalian untuk kegiatan olah raga. Alhamdulillah sepatunya termasuk kategori awet, mungkin karena mereknya merek batu beton kali ya….??? 😀

Segala sesuatu ada konsekuensinya, seperti sepatu yang digunakan untuk ngantor yang seharusnya bersih indah menawan dan terawat, tapi digunakan untuk olah raga, ya jadinya kotor itu sepatu. Seperti kejadian hari minggu kemarin. Sepatu ini saya gunakan untuk menempuh perjalanan mendaki gunung lewati lembah, lewat hutan gunung Meja, menerobos hutan mencari jalan pintas menuju pantai pasir putih bersama sahabat-sahabat saya dalam agenda “petualangan”. Alhasil sepatu itu jadi kotor di luar oleh becek, dan sepertinya penuh pasir putih di dalamnya.

——-

(kita masuk ke babak romantisnya, angin berhembus mengubah suasana disekitar pembaca menjadi suasana yang romantic syahdu, pembaca membaca dengan perlahan dan penuh penghayatan)… 😀

——-

Tiba hari sabtu, Hari ini hari sabtu Tanggal 2 April 2011. Hari ini harusnya seperti hari sabtu biasanya. seperti biasanya saya menggunakan sepatu sport ini untuk ngantor. Namun ada yang berbeda dengan sepatu ini. Saya tersadar, bahwa seharusnya sepatu ini kotor penuh lumpur dan pasir karena kejadian mhari minggu kemarin, namun kini sepatu ini bersih, benar-benar bersih.

Siapa lagi kalau bukan istriku yang mencucinya namun ternyata saya tidak tau kapan dia mencucinya untuk saya. Jujur saja, saat masih bujang, apapun kondisinya, saya tetap ngantor asal enggak telat… 😀

——-

(sekarang kita benar-benar masuk ke babak romantisnya, angin berhembus mengubah suasana disekitar pembaca menjadi suasana yang romantic syahdu, pembaca membaca dengan perlahan dan penuh penghayatan)… 😀

——-

Hari ini saya benar-benar tersentuh, terharu. Sepatu ini mengingatkan saya akan hadirnya, mengajak untuk membuka album kenangan 3 bulan lebih perjalanan rumah tangga kami.

Sudah sejak kamis siang, istri meninggalkan saya untuk mengikuti kegiatan pelatihan. Dan sejak saat siang itu saya merasa kehilangan sesuatu yang sangat beharga, betapa tidak perhiasan yang paling indah yang tak jemu mata hati untuk memandangnya, dengan kemilau senyumannya, kini belum terlihat lagi di setiap sudut rumah mungil ini.

Satu misalnya, sesampai nya langkah di dapur, seakan melihat bayang engkau istriku yang sedang bersin-bersin sembari membalikkan sayur olahanmu… 😀

“Alhamdulillah”, “Yahamukalloh”, Yadihkumulloh”.

Rindu aku akan doa yang saling bersahutan ini…

Allah.. di setiap ruang di rumah ini, ku taman benih-benih rindu, seperti menanam padi, kutanam teratur dengan langkah mundur, namun terus tumbuh seiring detik berjalan. Dengan ijin-Mu, akan kusemai esok kamis… Amin…

 

Ya Allah,
Engkau mengetahui bahwa hati-hati ini telah berhimpun dalam cinta padaMu,
telah berjumpa dalam taat padaMu, telah bersatu dalam dakwah padaMu,
telah berpadu dalam membela syari’atMu.
Kukuhkanlah, ya Allah, ikatannya. Kekalkanlah cintanya. Tunjukilah jalan-jalannya.
Penuhilah hati-hati ini dengan nur cahayaMu yang tiada pernah pudar.
Lapangkanlah dada-dada kami dengan limpahan keimanan kepadaMu dan
keindahan bertawakkal kepadaMu. Nyalakanlah hati kami dengan berma’rifat padaMu.
Matikanlah kami dalam syahid di jalanMu.
Sesungguhnya Engkaulah sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong. Ya Allah. Amin.