menjadi guru bag.2


Alhamdulillah..akhirnya kembali dengan rutinitas menulis yang sempat tertunda satu minggu ini. kesibukan baru menjadi seorang guru benar-benar menyita waktu dan pikiran saya untuk fokus pada dunia saya yang baru. hal ini saya nikmati sebagai proses kehidupan yang banyak memberikan pelajaran-pelajaran berharga. terutama bagaimana saya berinteraksi dengan mereka baik itu para guru-guru yang lain hingga anak-anak murid yang notabene beragama non muslim.

sebenarnya bukan hal sulit untuk saya berbagi bersama mereka, karena lingkungan saya semenjak kecil hingga usia 17 tahun hampir sebagian besar saya banyak berinteraksi dengan mereka. Tetapi saya tidak pernah merasakan hal yang sebelumnya yang belum pernah saya rasakan seperti sekarang ini. bersama mereka dengan ketaatan religiusitas yang mereka gambarkan dalam kehidupan sehari-hari membuat saya merenungkan kembali makna “isyhadu bi anna muslimun” saksikanlah bahwa aku seorang muslim. Bahkan dalam karangan buku ustadz Salim A. Fillah dengan judul “Saksikanlah Bahwa aku Seorang Muslim” dijelaskan dengan detail bagaimana seharusnya kita berlaku sebagai seorang muslim. Kemudian pertanyaan besar untuk kita renungkan bersama “Bagaimana kita menjabarkan tentang ke musliman kita???

Barangkali cukup klise ketika kita membicarakan tentang ini. kenapa??? karena bisa jadi ini menjadi hal yang tidak penting untuk kita renungkan maknanya. sehingga yang kita tahu hanya cukup sebatas sholat, puasa, bayar zakat dan naik haji. tetapi kadang kita lupa bagaimana makna dari rukun iman itu bisa menjadi nilai-nilai kebaikan. nilai-nilai yang mengandung makna muamalah yang jauh lebih penting dari sekedar sholat dan puasa yang hanya sebatas untuk menggugurkan kewajiban kita sebagai seorang hamba. atau barangkali memang demikianlah tangga tingkat keimanan kita. memaknai rukun islam dan rukun iman hanya sebatas untuk menggugurkan kewajiban. Na’udzubillahi mindzalik

Sebagai contoh..Mari kita lihat..pemimpin negeri kita..mereka adalah seorang muslim..tetapi bagaimana mereka menjabarkan tentang kemuslimannya??? mungkin kita sepakat akan mengatakan mereka masih jauh dari nilai-nilai religiusitas muslimnya, atau dengan bahasa sederhananya mereka masih jauh dari nilai-nilai keteladanan yang bisa kita tiru kebaikannya. atau kejadian unik yang ada dilembaga legislatif kita beberapa hari ini ketika ada seorang anggota dewan yang meminta waktu istirahat untuk melaksanakan sholat dhuhur..padahal waktu itu jam sudah menunjukkan pukul 14.30 WIB..sungguh saya malu melihat para pemimpin-pemimpin kita. mari bersama-sama kita beristighfar memohon ampun kepada Allah SWT atas kejadian yang memalukan yang ditayangkan didepan publik.

Kembali pada “mereka” sebuah hikmah yang cukup menggetarkan hati saya. saya terdiam saat akan mengakhiri jam Ujian Akhir Sekolah karena waktu itu saya menjadi pengawas UAS. saat saya meminta mereka untuk keluar ruangan kelas, mereka dengan sigap langsung berdoa terlebih dahulu sebelum mengakhirinya. mata saya terbelalak dengan pemandangan yang baru saja saya saksikan atas nilai-nilai religiusitas yang mereka perlihatkan. Mungkin ini bukan hal biasa bagi kita, tetapi entahlah saya merasakan energi ruhiyah yang luar biasa..sembari mengatakan pada diri sendiri “seharusnya kita jauh lebih bisa religius dari mereka”.

Menunjukkan kemusliman kita bukan hanya dari simbolisasi pakaian taqwa yang kita gunakan. tetapi yang jauh lebih penting adalah bagaimana aplikasi nilai-nilai islam itu sendiri dalam kehidupan sosial kita. berbagi dan saling menebarkan kedamaian diantara kita. Teringat dahulu bagaimana pada zaman Rosululullah SAW.. dikatakan bahwa Islam ini adalah rahmatan lil’alamin..rahmat bagi seluruh alam termasuk bagi para penduduk. harapan besar pula..kita bisa menjadi contoh teladan seorang muslim yang baik..dan sembari bangga dengan mengatakan “saksikan lah bahwa aku seorang muslim”

“Ya Allah ampunilah dosa kami..dosa atas kehilafan kami..dosa atas ketidaktahuan kami akan ajaran Mu..berikanlah kami petunjuk Mu agar kami selalu pada jalan lurus Mu..jalan yang Engkau Ridhoi..amiin ”

 

One thought on “menjadi guru bag.2”

Leave a comment